3 Agents Of SDN 012 Kelay, Long Lamcin


3 AGENTS

Senin 28 maret 2016, masih sangat pagi dan udara desa masih sangat dingin. Kulihat Ahmad, rekan seperjuanganku masih melipat tubuh dan membungkusnya dengan sarung sampai tak seincipun yang Nampak dari badannya. Memang udara pagi di Kampung Lamcing ini sangat dingin dan menusuk hingga ke tulang. Mager (Malas Gerak) menjadi kebiasaan baruku setiap pagi selama menjalani tugas di kampung ini. Selain karena tidak ada mesjid dan suara pegajian, juga tidak ada ibu dan bapak yang selalu ribut membangunkanku di pagi-pagi buta. Ada saja alasan untuk menahanku bermalas-malasan di pagi hari, solat subuh lah, mengantar ke pasar lah atau mengurusi adik-adikku yang masih sekolah. Ah kadang suasana yang selalu saya hindari di kampung halaman menjadi hal yang paling saya rindukan di kampung orang. I miss you Mom, Dad and all my brothers and sisters, Wait me home. 

Pagi ini, perutku terasa sakit dan sangat menyiksa, panggilan alam telah tiba dan air tidak ada. Sial! Sudah lebih dari sebulan ini pipa saluran air bersih kering kerontang padahal sungai sering kebanjiran, entah apa yang terjadi pada kampung kami, kemarau panjang melanda, rerumputan menguning dan terbakar, tanaman kekeringan dan mati, tanah menjadi gersang, siang sangat panas memanggang, malam hingga pagi hari begitu dingin menusuk tulang. Sementara, Sungai yang menjadi tempat kami mengambil air untuk memasak, mandi, dan mencuci kebanjiran dan airnya sangat kotor. Kampung Suluy yang berada di bagian paling hulu sungai Kelay tak henti-hentinya diguyur hujan padahal jaraknya hanya 45 menit perjalanan Sungai menggunakan ketiniting. Jika di hulu kehujanan, air sungai melimpah tapi nyaris tidak bisa dimanfaatkan karena airnya coklat pekat dan mengalir sangat deras. Jadilah kami kehausan di tengah limpahan air. Ironis sekali.

Tak ada pilihan lain, saya membuang hajat di tepi sungai dengan perasaan was-was dan penuh kewaspadaan jangan sampai ada buaya yang kebetulan merasa terganggu dengan kehadiranku di saat mentari pagi belum muncul itu. Mataku mengawasi dalam gelap, dan suara gemuruh air sungai membuat perasaanku semakin mencekam karena nyaris saya tak bisa mendengar gerakan-gerakan kecil di sana. 5 menit berlalu, itu adalah 5 menit terlama yang pernah saya rasaka, nyawaku berada dalam ancaman. Oh perut, jangan kau ulangi lagi. 

Senin ini adalah harinya kelas 6, mereka akan mengikuti Try out ujian nasional. Sekolah tempatku mengabdi memiliki 3 orang murid kelas VI yang kesemuanya adalah laki-laki, Welden, Amos, dan Yaret. Sementara kelas 1 sampai 5 masih diliburkan hingga 1 april nanti. Pukul 07.15, ada 3 bocah laki-laki yang sudah lengkap dengan seragam merah putih, berteriak meminta bola takraw di depan rumah. Mereka adalah Arjun, Alex, dan Stember siswa kelas satu yang entah super rajin atau tidak paham instruksi. Seharusnya yang datang 3 siswa kelas 6, eh yang muncul malah 3 siswa kelas satu. 
“Pak guru, ayo kita main takraw sambil tunggu yang lain”
“ok, saya ganti baju dulu ya” jawabku santai seolah hari ini seperti hari biasa.
Setelah beberapa menit bermain, Alex mulai mempertanyakan kenapa hari ini sepi.
“Kenapa tidak ada yang sekolah hari ini Pak guru?”
“Malas betul mereka semua sekolah ya, kita belajar juga kan kalau sedikit pak guru?” Sahut Stember sebelum saya menjawab pertanyaan Alex.
“Nyata!” jawabku singkat dan jelas. Kata “nyata” di kampung ini berarti “Yes 100%”
“Kita belajar main takraw saja Pak guru” Kata Arjun penuh keseriusan.
“Ennong” artinya tidak. Timpal Stember lalu kemudian mengomeli Arjun dengan bahasa punan, wajahnya kelihatan cemberut hampir marah dan mulutnya tak berhenti komat-kamit. 
“Maaf ya Pak guru” kata Arjun sambil menatapku dengan tatpan bersalah. Entah apa yang dikatakan oleh Stember pada Arjun sehingga Ia nyaris minta ampun. Sementara itu Alex hanya tertawa-tawa kecil melihat Arjun yang mati kutu diomeli oleh Stember. 
Saya sendiri tertawa melihat tingkah mereka bertiga hahaha.
Akhirnya, kami berhenti bermain dan memasuki kelas, sangat berdebu karena sekolah libur paskah sejak 10 hari yang lalu. 
“Ok ank-anak, kita bersih-bersih dulu sebelum belajar. Stember dan Arjun menyapu. Alex bersihkan papan tulis”
“Siap Pak Guru”
Mereka membersihkan dan saya sendiri merapikan buku dan bangku yang berserakan.
“Sudah bersih pak guru, ayo kita baris”
What? Baris? Wah, mereka ternyata senang dengan kebiasaan baru pada hari senin yaitu berbaris. Ok kita berbaris meskipun cuman 3 orang, tapi bagaimanapun juga, hari ini masih suasana libur yang tentunya tidak enak jika kawan mereka yang tidak sekolah tau kalo ada diantara mereka yang masuk sekolah. Saya harus menyikapi ini seadil dan sebaik yang  bisa.
“Siap Grakk, Lencang kanaan Grak, tegaap Grakk” Alex memimpin barisan. 
“Selamat Pagi!” Kataku
“Pagi, Pagi, Pagi”
“How are you today?”
“My Brain, My heart, fresh-fresh-fresh!”
“Very Good!, Sudah mandi semua?”
“Saya tidak mandi pak guru, tidak ada air” kata Arjun sambil melirik-lirik pada dua  temannya.
“saya juga tidak” kompak Alex dan Stember mengatakan hal yang sama.
“Ok that’s fine, pak guru juga belum mandi tapi sudah makan, kalian sudah sarapan?”
“Sudaaahhh”
Mereka begitu semangat meskipun hanya bertiga, rasanya mengecewakan jika menyuruh mereka pulang tanpa memberikan apa yang mereka inginkan di sekolah.
“Ok Lamcin Warriors, kalian tau kenapa hari ini sepi?, karena hari ini adalah hari Li…?”
“Hari Limaaa” jawab Stember yakin”
“LIMA” Arjun dan Alex bersorak membenarkan.
“Hahaha….. hari Lima? Luar biasa, tepu tangaaaan”
Mereka bertepuk tangan ria, seolah-olah jawaban itu tepat 1000%, mungkin kurang tepat tapi itu sangat menghibur bagiku.  
“Jadi, hari ini adalah hari libur, kelas 6 akan Try out ujian nasiaonal, itu mereka bertiga baru datang” Saya sambil menunjuk 3 siswa yang matanya belum siap menatap hari.
“oo.. Lamli’ teh” Artinya pulang yuk. Kata Alex seraya meninggalkan barisan.
“Dubaiy” Tunggu dalam bahasa Indonesia. Stember langsung menahan Alex.
Bukannya tersinggung melihat Alex yang tanpa perasaan bersalah, spontan ingin meninggalkan barisan dimana saya berdiri 1 meter di depannya, saya malah tertawa dengan spontanitas seperti itu. Mungkin di pikiran Alex, ya ini kan libur ngapain lagi berlama-lama di sekolah, ayo Lamli. Main atau ngapain. Hahaha dasar bocah.

***
Sekolah Dermaga.
Tujuan mereka untuk sekolah tetap bisa terpenuhi karena kami langsung berpindah lokasi dari sekolah ke dermaga ketinting yang ada di tepi sungai. Mereka bertiga kusebar untuk pulang ke rumah masing-masing mengganti pakaian sekolah mereka dengan pakaian bermain lalu memanggil teman-teman mereka yang pada tau kalau hari ini adalah hari libur. Setelah beberapa menit menunggu di dermaga akhirnya 10 anak berhasil dikumpulkan oleh 3 agen. 13 peserta awal sekolah dermaga mengawali kelas dengan penuh keceriaan.
Hari senin ini, 3 anak super tanpa sadar telah menginspirasiku untuk membuat sekolah dermaga atau sebuah ruang belajar tanpa dinding dan tanpa aturan waktu. Mengingat pendidikan di pelosok Kalimantan ini memiliki terlalu banyak hari libur, libur Ramadan, lebaran, natal, tahun baru, paskah, Nyepi, imlek, hari pahlawan, hari pendidikan, hari berburu, hari asap, harinya Tuhan dan banyak hari-hari lain yang dijadikan hari libur. Mudah-mudahan senin ini bisa menjadi awal untuk mengembangkan kegiatan belajar di luar sekolah. Bukankah setiap waktu adalah momen belajar, berbagi, dan menginspirasi. Thank you my students, I will always learn from you.

Saddang Husain, 
Long Lamcin, 28 Maret 2016

1 Response to "3 Agents Of SDN 012 Kelay, Long Lamcin "

  1. Susi Susanti says:
    25 Juni 2016 pukul 06.32

    Terbaik memang...

Posting Komentar

On SM-3T Mission Gallery

This gallery shows what did i do at Berau Regency during my mission as a young educator on behalf of Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia. I am proud of being a witness of a real Indonesia.
karena pendidikan adalah hak segala bangsa