MEE, 2016. SM3T V, Berau



Marginal Education Expo, SM-3T V Berau

Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan wilayah yang membentang luas dari Sambang sampai Merauke memiliki berbagai macam masalah pendidikan yang sampai pada hari ini seolah semakin mencekik. Mulai dari masalah ranking pendidikan nasional yang duduk manis di deretan terbawah dunia sampai pada bangunan sekolah yang kritis di atas bukit yang sunyi. Dari kecerdasan dan kemewahan yang overdosis di perkotaan sampai pada ketidaktahuan dan kemiskinan yang akut di desa-desa terpencil. Semua itu adalah masalah Bangsa Indonesia yang tidak lain adalah masalah setiap orang yang mendiami negeri ini.
Ketidaktahuan dan kemiskinan mungkin bukanlah akibat kebodohan dan kemalasan melainkan akibat pembodohan dan pemiskinan. Pembodohan oleh mereka yang seharusnya mendidik tapi memilih diam, pemiskinan oleh mereka yang memiliki power tapi meilih diam. Lantas, apakah kita memilih diam atau bertindak? Sebagai praktisi pendidikan yang sadar dan peduli terhadap kondisi pendidikan negeri ini maka kita seyogyanya bersorak lantang “kami ingin bertindak”.
Melalui program nasional SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal) Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Berau talah mengambil langkah nyata dalam upaya penyelesaian masalah-masalah pendidikan yang ada di daerah pedesaan terpencil kabupaten Berau. Para pendidik muda yang didistribusikan ke 20 Sekolah Dasar yang tersebar di 6 kecamatan tidak hanya menemukan masalah seperti minimnya fasilitas, profesionalisme yang jauh dari kata cukup, atau kurangnya kesadaran masyarakat adat akan pentingnya pendidikan, tapi ada keunikan juga di sana. Ada keceriaan yang tak bisa terbeli dengan uang, ada semangat untuk tetap maju meski kondisi yang memprihatinkan, ada binar mata dari peserta didik yang seolah berteriak bahwa “kami tak ingin menyerah pada nasib”. 
Upaya perbaikan kualitas pendidikan di kabupaten Berau, terkhusus di dearah yang termasuk 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal) tidaklah cukup dengan kerja keras tenaga pendidik saja, tetapi peran pembuat kebijakan, dan dukungan masyarakat umum adalah komponen yang sangat dibutuhkan demi terwujudnya pendidikan yang berkualitas karena setiap warga negara yang ada di Kabupaten Berau harus andil dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai janji kemerdakaan yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Atas dasar pemikiran yang telah disebutkan, maka perlu mengadakan suatu kegiatan yang dapat menggugah kesadaran masyarakat Berau secara umum dan seluruh warga sekolah (kepala sekolah dan guru sampai pada siswa-siswi) secara khusus akan pentingnya pendidikan, sekaligus memberi gambaran tentang kodisi pendidikan yang ada di daerah 3T Kabupaten Berau. Dengan kegiatan ini pula, masyarakat nantinya akan mengeti bahwa pemerintah pusat, dalam hal ini adalah Kementrian Riset, Teknologi dan pendidikan Tinggi telah berupaya melakukan penyelesaian masalah kependidikan yang ada di kabupaten Berau melalui program SM-3T.

Setelah melalui proses pembahasan yang cukup panjang dan melibatkan beberapa pihak, akhirnya peserta SM-3T ankatan V yang telah mengabdi Selama 6 bulan di pedesaan terpencil kabupaten Berau bersepakat untuk mengadakan pameran pendidikan yang mereka namai “Marginal Education Expo”, Pameran Pendidikan yang Terpinggirkan. Tujuannya yaitu menyebarkan informasi tentang kondisis pendidikan yang real terjadi di 20 Sekolah Dasar yang menjadi sasaran persebaran 40 sarjana penddikan dari LPTK UNM tersebut. Informasi seperti minimnya sarana dan prasarana pendidikan. Penyebaran informasi ini diharapkan bisa menjadi media kritik dan bahan pertimbangan kepada pembuat kebijakan untuk mengambil langkah-langkah progresif demi pendidikan yang lebih baik. Menjadi media pendidikan kepada masyarakat umum tentang kondisi pendidikan di daerah terpencil kabupaten Berau, serta menjadi informasi yang dapat memotifasi pelajar, dan guru, dari 3 tingkatan pendidikan yang berbeda, SD, SMP, dan SMA. Pameran ini juga sekaligus menjadi bentuk kegiatan kabupaten mereka, yaitu kegiatan yang diwajibkan kepada seluruh peserta SM-3T selama menjalani tugas mendidik, dan dilakukan di ibukota kabupaten.

Karena asas tujuannya ingin menyebarkan informasi maka kegiatan ini harus menyerap banyak pengunjung, meriah, dan tentunya tepat sasaran. Mereka kemudian meramunya menjadi pameran yang berbeda, kreatif, dan hemat anggaran. Maklumlah, pelaksana program memang tidak menganggarkan dana untuk kegiatan semacam itu sehingga sumber dananya mesti didapatkan melalui cara-cara yang elegan dan juga halal. Berikut akan saya jabarkan kegiatan apa saja yang ada dalam Marginal Education Expo ini. 

Pertama, Pameran Poto pendidikan. Setelah 6 bulan lamanya mengabdi di sekolah masing-masing, tentu saja banyak hal-hal unik yang telah terabadikan oleh kamera, entah itu kondisi sekolah, keceriaan peserta didik, proses belajar mengajar, keindahan alam, perjalanan yang menantang atau guru-guru yang selalu narsis di setiap moment. Semua itu menjadi bahan untuk dipamerkan dalam pameran photo. Tapi, tentu saja bukan kualitas kamera atau kehebatan mengambil gambar yang ingin mereka pamerkan melainkan cerita di balik gambar karena mereka bukanlah cameramen, melainkan guru!

Ribuan photo yang telah terkumpul dari masing-masing skolah diseleksi menjadi 120 photo terbaik yang mewakili kondisi pendidikan, social masyarakat, dan alam. 120 photo beserta catatan-catatan kecil yang mendeskripsikan gambar itu kemudian dicetak lalu ditempelkan di atas sebuah kain spanduk berukuran 1.5M sebanyak 6 buah berdasarkan jumlah kecamatan tempat mereka ditugaskan. Kain tersebut telah didesain sedemikian rupa sehingga kelihatan cantik meskipun tanpa ada foto di sana. Hasil kreatifitas tersebut dipasang di sebuah frame besar lalu dipajang di area parkir gedung NU YAKOBI Learning Center yang telah mereka sulap menjadi stand raksasa yang megah. Tercatat ada sekitar 400 pengunjung yang mengunjungi pameran photo tersebut, pengunjung itu berasal dari beragam usia, pekerjaan dan profesi. 

Kedua, kelas Bacarita. Bacarita atau bercerita adalah TEDx ala Yayasan Komunitas Belajar Indonesia. Jika kalian pernah menonton acara TEDx maka modelnya persisi seperti itu, dimana seorang narasumber berbicara selama 10 sampai 30 menit diatas panggung, berbagi gagasan dan kisah-kisah yang menginspirasi. Dalam format di MEE ini, ada 6 narasumber yang berbicara di hadapan lebih dari 150 audiens yang berasal dari siswa-siswi terbaik dari 10 Sekolah Menengah Atas yang ada di Kabupaten Berau. Dalam kelas bacarita yang juga mirip dengan kelas inspirasi itu, para pembicara membagikan pengalaman hidup mereka di daerah terpencil yang tidak ada listrik, jaringan telpon dan sumber air bersih. Belum lagi dengan cerita tentang bagaimana sulitnya medan yang harus dilalui untuk sampai di lokasi pengabdian mereka. Dengan rangkaian kiasah-kisah itu, banyak audiens yang merasa sangat beruntung dan bersyukur karena bisa bersekolah di wilayah perkotaan dengan banyak fasilitas yang mereka dapatkan. Dalam kelas bacarita ini juga para pemateri yang telah menyelesaikan studi mereka di berbagai perguruan tinggi memperkenalkan kepada para peserta perihal dunia kampus dan dilanjutkan dengan tips/trik menghadapi ujian nasional atau SBMPTN dari direktur bimbingan belajar PRIMAGAMA Berau. 

Ketiga, Lomba Ranking 1. Mungkin ada yang bertanya, apa hubungannya pameran pendidikan dengan perlombaan Ranking 1. Sangat berhubungan! Peserta yang diundang dalam lomba ini adalah 100 siswa terbaik dari 10 Sekolah Menengah Pertama yang ada di kabupaten Berau.  Setelah mengukuti lomba, mereka diarahkan untuk mengunjungi galeri foto pendidikan yang terletak bersebelahan dengan lokasi lomba mereka. di sana mereka mendapatkan penjelasan yang mudah dicerna dari para Bapak-Ibu guru SM-3T. 

Keempat, Lomba Mewarnai. Perlombaan ini diikuti oleh 20 siswa-siswi yang lucu-lucu dari 10 Sekolah Dasar di kabupaten Berau. Hadirnya para peserta lomba ini otomatis ditemani oleh supporter masing-masing, entah itu guru, orangtua atau kerabat dan teman-teman mereka, sehingga kegiatan pameran pendidikan ini menjadi semakin meriah dan semakin banyak pula yang menerima informasi dan mendapatkan manfaatnya.

Selama 2 hari kegiatan berlangsung yaitu 9-10 maret 2016 di gedung NU YAKOBI Learning Center, Berau Post memuat acara ini dalam terbitan hariannya yang terbit pada 9 maret dengan judul pada halaman utama “Jadi Pijakan Membangun Dunia Pendidikan”. Dengan terbitnya berita mengenai kegiatan itu di Koran maka informasi tentang kondisi pendidikan yang ada di daerah-daerah terpencil dan tertinggal seperti Long Lamcin, dan Long Nguikian dapat tersebar lebih luas dan semakin banyak masyarakat yang paham bahwa upaya mempertahankan kemerdekaan melalui sector pendidikan belum terlaksana dengan maksimal. Syukur-syukur jika ada pejabat pemerintah yang rajin baca Koran dan sempat melihat terbitan itu lalu kemudian merasa terpanggil untuk melihat kembali kebijakan apa yang telah mereka buat dan mengambil langkah nyata untuk melakukan perbaikan. Semoga saja, Amin.

Akhirnya, separuh perjalanan 40 anak muda yang rela meninggalkan zona nyaman mereka di kota dan mengabdikan diri dan ilmu yang mereka miliki di kampung-kampng yang penuh keterbatasan telah berhasil mereka informasikan kepada masyarakat Berau. Sungguh upaya yang sangat mulia untuk melakukan kebaikan lalu mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan pula. Semoga saja kegiatan yang diketuai oleh Saddang Husain ini dapat menginspirasi pemuda Berau untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan positif demi pendidikan yang jauh lebih baik.

Terimakasih kepada seluruh peserta SM-3T Angkatan V yang telah mengabdikan diri dan berjuang menaklukan tantangan di daerah penempatan masing-masing lalu kemudian mengadakan kegiatan Marginal Education Expo yang sangat bermanfaat ini, juga kepada seluruh sponsor dan pihak terkait yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil demi terlaksananya kegiatan ini. Special thanks to YAKOBI yang tak henti-hentinya memberi semangat dan meyakinkan panitia pelaksa bahwa kalian pasti bisa.
6 bulan lagi anak muda, kembalilah pada pangkuan Ibu Pertiwi, selamatkan anak bangsa karena masa depan negeri ini ada di tangan kalian. Jayalah pendidikan Indonesia jayalah SM-3T.

Note: Foto dan Publikasi di Media

Lamcin, 2 April, 2016
Catatan yang sempat tertunda
Saddang Husain 

0 Response to "MEE, 2016. SM3T V, Berau"

Posting Komentar

On SM-3T Mission Gallery

This gallery shows what did i do at Berau Regency during my mission as a young educator on behalf of Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia. I am proud of being a witness of a real Indonesia.
karena pendidikan adalah hak segala bangsa